Dosen Jurusan Boga Paparkan Hasil Penelitiannya di London, Inggris

Dosen Pendidikan Teknik Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Dewi Eka Murniati, MM memaparkan hasil penelitiannya pada Geography, Leisure and Tourism Reseach (GLTRG) Conference di University of Surrey, London (6-7/09). Konfrensi yang berlangsung selama dua hari ini diikuti 42 perserta yang sebagian besar dari kalangan peneliti Eropa, seperti Inggris, Jerman, Belanda, dan Austia.

“Pada hari pertama, saya bersama 22 peserta lain memaparkan hasil penelitian masing-masing dan peserta lainnya menunjukkan hasil penelitian dalam bentuk poster, hari kedua adalah workshop dimana seluruh peserta dibagi dalam beberapa kelompok untuk berdiskusi dan menyusun suatu konsep-konsep baru penelitian sosial bidang tourism and leisure.,” ujar dosen lulusan Thailand ini.

Dalam presentasi yang berjudul “The Ethnic Food's Role in Deteriorating the Destination Competitiveness”, Dewi, sapaan akrabnya, menguak potensi makanan tradisional Yogyakarta dalam memajukan dunia kepariwisataan. ”Banyak sekali wisatawan asing yang sangat menggemari kuliner khas Yogyakarta dan hal ini memperkuat kedudukan Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata nasional maupun internasional”, terangnya.
 
“Dalam penelitian ini, saya mengambil setting di restauran - restauran yang kental dengan suasana etnic Yogyakarta, seperti Bale Raos, Sekar Kedaton, Pesta Perak serta Ndalem Ngabean dan tentunya tempat tersebut menyajikan kuliner-kuliner khas Yogyakarta seperti Mie Goreng Jawa, Semur Piyek, Bebek Suwar-Suwir, Bistek Lidah, atau Bebek Goreng Kota Gede”, ungkap Dewi.
 
“Dari studi ini, saya menemukan bahwa masakan khas Yogyakarta sangat cocok dengan selera para wisatawan asing, rasa merupakan hal utama -- cita rasa masakan khas Yogyakarta sangat sesuai dengan lidah para pelancong asing selain itu aroma khas yang mengugah selera juga merupakan daya tarik tersendiri”, tutur dosen yang hobi membaca ini.
 
“Keunggulan masakan Yogyakarta lainnya adalah dalam segi penyajian, tata hidangnya sangat merepresentasikan kebudayaan lokal serta, sudah barang tentu, bagi wisatawan asing kuliner-kuliner Yogyakarta harganya sangat terjangkau”, tandasnya.
 
“Namun dari berbagai keunggulan kuliner Yogyakarta tersebut, terbesit pula suatu temuan yang perlu jadi perhatian, utamanya bagi para penyedia kuliner Yogyakarta, yakni dalam hal Hygiene and Safety Products karena untuk aspek yang satu ini para wisatawan asing masih menganggap kurang”, paparnya.
 
“Dengan meningkatan kebersihan dan keamanan produk maskaan, tentunya kuliner Yogyakarta akan menjadi faktor penting dalam perkembangan dunia wisata Indonesia khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri”, tutup Dewi. (hryo)