Tim FT UNY Raih Juara III dalam Kompetisi LKTI 2nd AIC UNAIR 2012

Tim FT UNY yang beranggotakan Rizky H Oktiavenny (Pend. Teknik Elektro FT) dan Nova Suparmanto (Pend. Teknik Informatika FT) yang juga merupakan pengurus Divisi Teknologi Tepat Guna (TTG) UKM Rekayasa Teknologi UNY berhasil memperoleh Juara III dengan karya “Tooth Colors Level Detector (TCLD) sebagai Alat Bantu Kedokteran berbasis Mikrokontroler ATMega16” pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional 2nd Airlangga Ideas Competition 2012.

Airlangga Ideas Competition  (AIC) merupakan ajang kompetisi Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional kedua yang diadakan oleh UKM Penalaran Universitas Airlangga. Penyelenggaraan AIC tahun ini berbarengan dengan Dies Natalis Universitas Airlangga ke-58 dengan tema "Partisipasi Perguruan Tinggi dalam Membangun Kesehatan Nasional". Kegiatan 2nd Airlangga Ideas Competition (AIC) ini dimaksudkan untuk menjembatani mahasiswa dalam menuangkan ide atau gagasannya dalam bentuk tulisan untuk membantu menyelesaikan permasalahan kesehatan yang terjadi di Indonesia saat ini. Mahasiswa serta kaum cendekiawan lainnya diminta ikut berfikir sejak dini, bagaimana menyelesaikan permasalahan kesehatan di Indonesia. Kompetisi diawali babak penyisihan di tempat masing-masing dengan mengirimkan karya tulis yang telah dibuat, lalu dipilih 15 tim terbaik oleh juri (1 praktisi, 1 lembaga kesehatan, 1 ilmuwan), kemudian kelimabelas kontestan tersebut diundang untuk presentasi di Surabaya atas karya tulis yang telah dibuat.

Nova menjelaskan bahwa pengembangan karya ini dilaksanakan di Jurusan Teknik Elektro FT UNY dengan kegiatan perancangan dan pembuatan alat, serta di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) UGM Yogyakarta untuk pengujian alat. Nova menambahkan bahwa karya “Tooth Colors Level Detector (TCLD)” ini merupakan pengembangan alat pendeteksi tingkat warna gigi sebagai alat bantu kedokteran. “Alat ini digunakan setelah pembersihan dan tiap-tiap tahapan proses memutihkan gigi, agar diketahui kemajuan tingkat warna gigi yang diinginkan serta menyamakan warna gigi buatan dengan aslinya dalam dunia kedokteran gigi”, terangnya
“Komponennya terdiri dari sensor warna TSL 230 untuk mendeteksi tingkat warna gigi serta mikrokontroler ATMega 16 sebagai pengolah data yang juga dilengkapi penampil hasil deteksi sehingga akan diketahui berapa persen tingkat kebersihan & warna gigi”, jelasnya
“Selain itu juga terdapat memori untuk menyimpan sementara hasil deteksi alat yang nantinya dapat ditransfer ke komputer untuk mengetahui data pasien”, tambahnya.
“Unjuk kerja alat pendeteksi warna gigi sebagai alat bantu kedokteran berjalan cukup baik yaitu memiliki range ± 2% dari nilai rata-rata percobaan selama 5x sehingga diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalahan kesehatan gigi yang banyak dialami oleh masyarakat saat ini dan secepatnya dapat diimplementasikan”, tutup Nova.