Diskusi Akademik dengan anggota Indonesian Diaspora Network

“Setelah beberapa tahun mengajar di luar negeri jika boleh saya bandingkan sebenarnya potensi pelajar Indonesia jelas lebih unggul namun bila melihat dari kultur belajar memang kita mesti melakukan banyak perbaikan,” tutur Asosiate Profesor Ari Legowo, Ph.D dari International Islamic University Malaysia saat Diskusi Akademik di Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (21/12-2016). Ari Legowo tergabung dalam Indonesia Diaspora Network, yakni asosiasi bagi orang Indonesia yang bekerja di luar negeri untuk memaksimalkan potensi dan peluang yang ada untuk kemajuan bangsa.

Dosen yang menyelesaikan pendidikan sarjana dan magisternya di ITB ini menuturkan bahwa sistem pemebalajaran di Malaysia tidak bisa dipungkiri memang sedikit lebih baik. “Sebagai contoh, lulusan S2 disana belum boleh mengajar mereka harus ambil S3 dulu, kalo hanya bergelar Master biasanya difungsikan sebagai asisten saja,” imbuh

“Ada tiga hal pokok yang ingin saya diskusikan disini untuk peningkatan institusi, yakni strategi pengembangan akademik, percepatan publikasi internasional dan perluasan jaringan kerjasama luar negeri,” lanjutnya.

“Dalam hal pengembangan akademik yang perlu kita kaji dan tingkatkan tentu adalah kurikulum karena inilah panduan kita dalam mengajar maupun memberi penilaian. Jika boleh saya kritisi kadang banyak kurikulum yang tolok ukurnya itu kurang jelas dan kurang riil. Tiap tahapan pembelajaran mesti ada deskripsi tentang apa yeng mesti dicapai mahasiswa dan itu mesti clear dan real,” tambah pria kelahiran Surabaya ini.

“Lalu, terkait publikasi ilmiah, setelah saya amati kadang kualitas bukan faktor utama keberterimaan tulisan kita namun lebih kepada koneksi dan jaringan,” ujar dosen yang meraih gelar Ph.D di Osaka University, Jepang.

“Sehingga, yang sering kami lakukan adalah melakukan joint research dengan dosen-dosen dari negara lain. Kita mesti percaya diri untuk melakukan research dengan pihak luar karena ternyata mereka sangat welcome untuk bekerjasama dengan kita karena mereka juga sangat membutuhkan data yang kita punyai terlebih Indonesia dengan berbagai keaneka ragamnnya,” lanjutnya.

“Dosen ditempat kami juga terus dimobilisasi untuk menggandeng peneliti luar negeri sebagai Co-Autor dengan begitu artikel kita akan nampak lebih kredibel,” imbuhnya.

“Dan yang perlu jadi catatan bila kita sudah masuk dalam project kerjasama semacam itu, komitmen untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu mesti kita dikedepankan, karena mereka (peneliti luar negeri) sangat menghargai itu,” paparnya.

Satu hal lagi bahwa jangan pernah merasa bangga kalo bisa menyelesaikan penelitian secara individu. “Bagi saya malah jauh lebih baik bila dilakukan secara kelompok dan kebanyakan lebih dipertimbangkan untuk lolos dalam jurnal publikasi karena yang namanya penelitian itu adalah satu hal besar yang mencakup berbagai disiplin keilmuan,” tutupnya.