SNPV 2017: Revitalisasi Lembaga Pendidikan Guru Vokasional

“Saat ini yang menjadi salah satu tantangan terbesar bagi SMK adalah hanya 22% Guru SMK yang bisa mengajar materi kejuruan, selebihnya adalah guru normatif dan adaptif. Masalah lain adalah tentang peralatan karena fasilitas yang ada di sekolah jauh tertinggal dari industri,” tutur Direktur P4TK Boe Malang, Dr. Sumarno saat menjadi Keynote Speaker dalam Seminar Nasional Pendidikan Vokasional (SNPV) 2017 di  Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (6/02-2017).

Dampak terbesar dari masalah-masalah diatas adalah rendahnya serapan lulusan SMK di dunia Industri bahkan banyak alumni yang masih menganggur. “Oleh karena itu sesuai tema yang diambil “Revitalisasi Lembaga Pendidikan Guru Vokasional” saya rasa sangat tepat untuk mengakomodasi perkembangan bidang vokasional, kalau dulu hanya Bangunan, Mesin, Otomotif saat ini kebutuhan akan lulusan vokasional kian berkembang dari bidang pertaniaan hingga penerbangan,” ujarnya.

“Saya rasa saat ini momen yang sangat baik, karena permerintah juga terus mendorong untuk mengembangkan dunia vokasional seiring dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden. Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan,” imbuh Pria yang juga menenyam pendidikan level Sarjana di FPTK IKIP Yogyakarta atau sekarang FT UNY ini.

“Maka publik juga mesti terdorong untuk ikut serta dalam memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, meningkatkan karier, pemberian insentif non tunai, serta penyediaan tempat pemagangan,” lanjutnya.

“Sehingga bisa menyatu dengan arah kebijakan pendidikan vokasi kedepan dimana penyelenggaraan SMK, kursus dan SMA-LB akan dilakukan secara terintegrasi serta memperkuat link and match dengan DUDI baik dalam hal kurikulum, praktek, pengujian hingga sertifikasi,” terang Dr. Sumarno.

Dan satu hal yang tentu sangat menentukan adalah faktor guru sehingga berbagai program terus digalakkan untuk peningkatan kompetensi guru serta pemenuhan kebutuhan guru. “Namun, itu saja tidak cukup sehingga tiap guru mesti punya semangat tersendiri dalam mengembangkan diri,” tuturnya.

“Mengutip dari apa yang disampaikan Mendikbud periode yang lalu bahwa  Guru pembelajar adalah guru ideal yang terus menerus meningkatkan kompetensinya setiap saat dan dimanapun namun ketika seorang guru memutuskan untuk berhenti atau tidak mau belajar, maka pada saat itu dia berhenti menjadi guru atau pendidik,” tutupnya.

Seminar nasional ini juga menghadirkan pembicara tamu dari sektor industri, sekolah dan praktisi pendidikan yakni, Mulyadi Sugih Dharsono, Associate Director Quality Assurance PT.  Summarecon Agung, Tbk, Aragani Mizan Zakaria, M.Pd. Kepala SMK Negeri 2 Depok, Sleman, serta Dr. Putu Sudira, M.P. Sekretaris Prodi Pendidikan Teknologi Kejurusan Pascasarjana UNY.