Prototype, Alat Pemantau Kondisi Laut dan Angin

Banyak pulau terluar, 43 kabupaten terdepan, dan  kawasan timur di Indonesia yang belum terlayani jaringan transportasi yang cukup baik, hal ini mengakibatkan terhambatnya perkembangan wilayah tersebut. Untuk meningkatkan akses terhadap transportasi di daerah-daerah tertinggal pemerintah berkewajiban untuk menyediakan sarana dan prasarana keperintisan. Pelayaran perintis mesti dilaksanakan secara terpadu dengan sektor lain berdasarkan pendekatan pembangunan wilayah. Pelayaran perintis ini juga bertujuan sebagai perangsang, jasa transportasi laut. Meskipun dengan fasilitas sederhana namun peran pelabuhan perintis sangat penting karena melayani rute pelayaran antar daerah atau pulau terpencil yang masih tertinggal sehingga infrastruktur informasi keamanan menjadi standar minimal di pelabuhan ini.

Dari fakta dilapangan, maka sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta berinovasi untuk menciptakan sistem kendali untuk membantu memonitoring kondisi laut dan angin dipelabuhan. Alat ini mereka namai AMAN KOLAGIN (Alat Pemantau Kondisi Laut dan Angin) Sebagai Acuan Informasi Keamanan Terintegrasi di Pelabuhan dengan Realtime Condition yang dikelola secara digital untuk memberi informasi keamanan terkini dalam kondisi sekitar pelabuhan.

Kelompok ini terdiri dari Muhammad Mu`tasimbillah Ghozi, Diky Ansor Rosadi dan Dwiana Rahmawati, Eva Kurnia Sari, Muchlisin Syafiq Untoro, serta Muhamad Ali, M.T., selaku dosen pembimbing. Ghozi, ketua kelompok menjelaskan tujuan pembuatan alat ini untuk meningkatkan keamanan transportasi laut dan kecelakaan dapat di antisipasi lebih dini. “Sehingga akses terhadap daerah 3T akan lebih aman, dan mampu meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat dan tujuan negara dalam mewujudkan transportasi laut Indonesia sebagai poros maritim dunia bisa tercapai.

Ghozi menambahkan cara kerja prototype ini, dengan system terpusat. “Ketika system telah diaktifkan, semua sensor akan mengirim inputan ke mikrokontroler untuk diolah dan ditampilkan dalam bentuk informasi ke LCD,” terangnya.

“Sensor akan membaca kecepatan angin, tinggi gelombang, kondisi kolam pelabuhan untuk membantu navigasi kapal oleh kru pelabuhan. Semua system ini terintegrasi dalam satu chip besar sehingga peringatan bahaya langsung diinformasikan melalui speaker, dan emergency lamp,” tuturnya.

“Prototype ini dibuat dengan menggunakan pendekatan ilmiah menyerupai kondisi pelabihan perintis dalam lapangan sehingga prototype ini dibuat secara real agar mampu bekerja dengan stabil mulai dari sistem dan infrastrukturnya,” ungkapnya.

“Dimensi prototype ini 90x60x25cm yang didalamnya meliputi interkoneksi sensor, display informasi, speaker, dan emergency lamp untuk peringatan dini,” papar Ghozi.

Menurut Ghozi keunggulan sistem ini yaitu realtime, sesuai kondisi lingkungan saat itu dengan pertimbangan berbagai parameter yang diinput dari sensor.

Kemudian, adanya sonar waterproof  berfungsi untuk mendeteksi kondisi kolam pelayaran dalam pelabuhan, untuk membantu pengelola kapal peritis dalam melakukan navigasi bantuan ke kapal yang akan berlabuh, serta membantu dalam maintenance untuk melakukan pengerukan kolam jalur pelayaran agar tetap aman dilalui kapal.

“Sistem ini masih dalam bentuk prototype dan sangat potensial untuk dikembangkan menjadi alat mengingat gencarnya pemerintah dalam modernisasi pelabuhan dengan sistem digital/ digital port, kelak kami berharap alat ini tidak hanya diaplikasikaan untuk pelabuhan perintis, namun juga untuk pelabuhan atau dermaga kecil yang berada disungai-sungai,” harapnya