Juara 1 Essay Nasional Gebyar Mahasiswa Bidikmisi Indonesia di Medan

Tim Joglo dari Universitas Negeri Yogyakarta dengan ketua tim Khabib Anwari (Pend.Tek.Boga, 2015) dari Himagana (Himpunan Mahasiswa Boga dan Busana), Muhammad Lutfil Hakim (Pend.Tek.Mekatronika, 2014) dari UKM-Penelitian, dan Tri Astuti (Pend.Luar.Sekolah, 2013) membuat inovasi baru dalam dunia pendidikan non-formal sebagai solusi permasalahan pendidikan di DIY dan Indonesia dengan meluncurkan “Joglo Kebon, Pendidikan Non Formal Berbasis Budaya dan Karakter Untuk Menyongsong Bonus Demografi Indonesia 2014”. 

Karya ini juga mengantarkan Tim Joglo mendapatkan Juara 1 Essay dalam acara Gebyar Mahasiswa Bidikmisi Indonesia (GEMBIRA) yang dilaksanakan di Universitas Pembangunan Panca Budi, Medan dan Universitas Sumatra Utara bulan lalu. Selain perlombaan, acara juga dilanjutkan dengan seminar nasional dengan Bapak Bidikmisi Indonesia yaitu Bapak M.Nuh (Mendikbud 2009 – 2014).

Ketika diwawancara tentang latar belakang pembuatan inovasi ini Khabib menjelaskan bahwa data dari harian Kompas menunjukkan rendahnya tingkat pendidikan dari sebagian besar tenaga kerja di Indonesia dimana 42,9 persen dari masyarakat Indonesia hanya mampu mengenyam jenjang pendidikan tertinggi di tingkat Sekolah Dasar. 

“Bahkan di DIY yang notabene adalah kota pendidikan, permasalahan putus sekolah juga masih cukup banyak terjadi seperti di Kabupaten Gunungkidul yang pada tahun 2014 terdapat 291 kasus putus sekolah dari SD sebanyak 28, SMP ada 49 dan SMA sederajat mencapai 214,” ungkapnya.

“Permasalahan lain adalah kurang meratanya akses pendidikan di masing-masing kabupaten di Yogyakarta karena kesenjangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di masing-masing kabupaten. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Porvinsi DIY menyebutkan IPM pada tahun 2015 di setiap Kabupaten, yaitu Kabupaten Gunung Kidul IPM 67,41, Kabupaten Kulon Progo IPM 71,52, Kabupaten Bantul 77,99, Kabupaten Sleman 81,20, dan Kota Yogyakarta 84,56,” tambahnya.

Dari situ kami menawarkan, Joglo kebon yang merupakan ruang belajar masyarakat seperti TBM (Taman Baca Masyarakat) dengan sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan umur penduduk di suatu daerah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta karakter guna mewujudkan Generasi Indonesia Emas.

Khabib  menambahkab bahwa di dalam Joglo kebon, terdapat beberapa kelas seperti Joglo Udin (usia dini), Joglo Bahasa, Joglo Sawah, Joglo Budaya, Joglo Preneure, Joglo outbond dan Joglo Terampil (life skills).

“SDM yang mengelola Joglo kebon merupakan masyarakat itu sendiri, maka tahap awal dalam program ini adalah pelatihan SDM,” bebernya.

Harapan Tim Joglo adalah programnya dapat terus disempurnakan. “Semoga Joglo Kebon bisa benar – benar bisa direalisasikan dalam masyarakat dan mampu mempercepat terwujudnya Generasi Indonesia Emas melalui kegiatan – kegitan positif yang ada di masyarakat,” bebernya.