UNY-UGM KEMBANGKAN SISTEM BIOGAS & SISTEM PENYEDIA ENERGI LISTRIK SEDERHANA UNTUK BANTU KELOMPOK TERNAK SAPI

Masalah yang sering muncul dalam peternakan sapi adalah polusi udara atau bau yang tidak sedap dari limbah kotoran sapi segar,sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan masyarakat sekitar, seperti yang dialami di  dusun Gedogan, desa Sumbermulyo, Kec. Bambanglipuro, Bantul yang tergabung dalam sebuah kelompok ternak sapi “Sedyo Rukun”. Selain itu, semakin tingginya tarif listrik akhir-akhir ini juga menjadi kendala lain yang sedikit banyak mempengaruhi pendapatan warga kelompok ternak sapi tersebut karena setiap hari mereka harus memandikan dan membersihkan kandang dengan air sumur yang dipompa ke tandon air dengan pompa air listrik.  

Melihat masalah ini, tim Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) dari UNY dan UGM yang beranggotakan Rustam Asnawi dan Nurhening Yuniarti (UNY), dan Felixtianus Eko Wismo Winarto (UGM) menciptakan inovasi dengan pendekatan perancangan dan pengembangan produk-produk Iptek terapan sederhana yang terkait dengan renewable energy dan kemandirian energi.  Rustam Asnawi, selaku ketua kelompok, menjelaskan bahwa timnya menyuguhkan dua inovasi untuk menanggulangi dua masalah itu yakni sistem biogas dan penyedia energi listrik.

“Inovasi pertama yang dikreasi kelompoknya adalah memanfaatkan kotoran ternak sapi dengan membangun sebuah model Biogas sederhana sehingga dapat dihasilkan gas methan yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan masyarakat, seperti memasak.

“Selain pemanfaatan lilmbah kotoran sapi, kami juga membangun sebuah unit power supply dengan memaksimalkan pancaran sinar matahari menjadi pompa air bertenaga matahari. Unit power supply bertenaga surya ini berdaya sekitar 300 watt yang difungsikan untuk menghidupkan 2 buah pompa air di siang hari dan lampu led untuk penerangan jalan pada malam hari,” ujar Rustam

“Kedua inovasi tersebut kami pilih karena beberapa pertimbangan yang pertama komponen dari kedua produk iptek terapan tersebut mudah diperoleh, kedua memberdayakan potensi dan sumber daya alam yang melimpah di wilayah tersebut, ketiga biogas dapat mengurangi tingkat pencemaran udara akibat bau limbah kotoran sapi,” beber Rustam.

 Kegiatan ini sendiri mulai dilaksanakan sejak bulan Maret 2017 dan telah beroprasi sejak Juli 2017. Program ini mendapat sambutan yang sangat baik dari masyarakat sekitar,  salah satu warga mengaku sangat pusa dan senang dengan dua alat ini, “karena barang yang biasanya bau dan menggangu bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan memasak sehari-hari,” aku salah satu anggota kelompok ternak sapi.

Rustam dan timnya terus berupaya untuk bisa berkontribusi dalam membantu pemberdayaan masyarakat yang ada di lokasi mitra. “Dan produk Iptek terapan sederhana yang dihasilkan dari kegiatan ini semoga terus mendatangkan manfaat untuk lingkungan sekitar serta kami berharap agar kegiatan ini dapat dijadikan trigger untuk membuka wawasan masyarakat pedesaan terhadap sumber energi terbarukan dan juga produk-produk ini dapat ditiru di daerah lain,” tutupnya. (hryo)