Kisah Perjuangan Ahmat Prabowo dalam Meraih Prestasi

Nama Ahmat Prabowo sering akrab terdengar di kalangan civitas akademika Universitas Negeri Yogyakarta, tak lain karena berbagai prestasi yang ditorehkannya dalam satu tahun terakhir ini.   Mahasiswa Bidik Misi dari jurusan Pendidikan Teknik Otomotif ini bahkan telah menjuarai 10 event tingkat Nasional yang diselenggarakan berbagai universitas di Indonesia dalam waktu kurang dari satu tahun, antara lain meraih Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional “Pusat Kreativitas dan Inovasi Tahunan” Pesut 2018 di Samarinda, Juara I Lomba Karya Cipta “Pejuang Inovasi Nasional” (PIN) 2018 di Kalimantan, Juara I Inovasi Media Pembelajaran Sederhana di Era Digital di Jakarta, dan lain-lain. 

Meskipun berasal dari kalangan keluarga kurang mampu, hal ini tidak menyurutkan semangatnya untuk bersaing dengan mahasiswa lain. Ahmat memang dikenal sebagai mahasiswa yang tidak mudah menyerah dan selalu semangat dalam mencapai targetnya. Ketika ditanya mengenai sosok yang menjadi inspirasinya, Ia menjawab Ayah kandungnya lah yang menjadi motivator utamanya yang sehari-hari mencari rezeki dengan mengayuh becak di perbatasan kota Yogyakarta. 

“Saya memang baru mulai aktif mengikuti lomba di tahun kedua sebagai mahasiswa, namun tidak ada kata terlambat untuk bisa berprestasi,” ujarnya.

“Saat lulus, saya tidak ingin hanya ijazah yang digenggam namun juga meraih pengalaman belajar dari berbagai tempat dan kondisi. Selain itu, saya juga ingin membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukan lah penghalang untuk menjadi pribadi yang berprestasi,” lanjut pria kelahiran Sleman 10 Maret 1997.

Menurutnya dari berbagai kompetisi yang ia ikuti, kompetisi yang paling bergengsi adalah lomba karya tulis ilmiah nasional yang diadakan oleh PT Badak LNG, salah satu perusahan migas terbesar di Indonesia kelas dunia. “Dari ajang tersebut, telah membuka mata saya dan dan makin memotivasi dirinya untuk terus berkompetisi,” ujarnya.

Kisah suka dan dukapun senantiasa mewarnai setiap perjalanannya dalam berkompetisi, seperti masalah dana dan pernah juga karena hal teknis ia harus berjuang seorang diri di Kalimantan, tanpa rekan yang mendampingi. 

“Saya juga pernah berjalan kaki lebih dari 3 km untuk mencari atm karena sudah tidak mempunyai uang pegangan serta banyak lagi kisah perjuangan yang justru makin memperkuat mental saya sebagai seorang mahasiswa,” ungkapnya.

Melalui berbagai kompetisi ini juga, Ia pertama kali  berpergian dengan kereta api, kapal laut dan pesawat. “Sungguh suatu pengalaman yang manis dan tidak pernah terpikirkan untuk bisa naik pesawat dan Allah berikan itu, kurang dari satu tahun naik pesawat sebanyak 7 kali itu adalah pengalaman yang menajubkan bagi saya,” kenangnya.