Lampu Belajar Cerdas

Fajar Shiddiq Setyawan, mahasiswa Prodi Teknik Elektro menciptakan lampu belajar cerdas dalam rangka pemenuhan Proyek akhirnya. Tugas Akhir dibawah bimbingan dosen FT UNY, Muhamad Ali, M.T ini merupakan lampu belajar yang secara otomatis bisa menyesuaikan kondisi cahaya pada permukaan dengan menggunakan aplikasi rangkaian elekronik berbasis mikrokontroler.  

Fajar, sapaan akrabnya, menjelaskan latar belakang pembuatan alat ini karena merujuk pada hasil survey yang diterbitkan oleh salah seorang blogger, menyebutkan 35% anak sekolah di salah satu daerah terdeteksi sakit mata dan hanya beberapa anak saja yang mau menggunakan kacamata. “Dari hasil tersebut dapat kita rasakan akibat atau dampak dari kurangnya pencahayaan saat kita melakukan aktivitas yang memakai indra penglihatan, mungkin sekarang kita masih belum terlalu peduli, tetapi saat mata kita mulai menurun kinerjanya kita akan sangat memperhatikan hal ini”, jelasnya.

“Kurangnya pencahayaan dalam aktivitas yang memakai indra penglihatan seperti kasus diatas, bisa membuat mata kita stres dan penglihatan menjadi kabur ketika keluar ruangan, jika kebiasaan ini terus berlanjut maka kemungkinan mata akan terkena rabun. Kelelahan mata biasanya ditandai dengan iritasi mata, yakni mata merah dan mengeluarkan air mata”, imbuhnya.

Melihat hal itu tercetus ide saya untuk memunculkan inovasi lampu belajar cerdas, dimana standar penerangan untuk belajar berkisar antara 200 – 300 lux. “Oleh sebab itu, media utama dalam pembuatan lampu belajar cerdas ini menggunakan lampu LED dengan beberapa manfaat diantaranya memiliki daya yang cukup rendah, tidak menimbulkan panas berlebih seperti yang ada pada lampu TL atau bohlam, dan pengaturan cerah redup yang mudah dilakukan”, tuturnya.

“Alat dengan dimensi 16 cm x 11,5 cm x 15 cm ini bekerja dengan baik dengan kesalahan pembacaan dengan alat ukur luxmeter sebesar 2,3%, nilai ini termasuk cukup baik karna hasil perbandingan mendekati nilai yang sebenarnya pada alat ukur luxmeter”, tambahnya.

“sensor yang digunakan adalah sensor yang peka terhadap cahaya, yakni Light Dependent Resistor (LDR) yang berfungsi untuk mendeteksi  kecerahan pantulan yang disebabkan oleh perbedaan bidang belajar”, gambarnya.

“LDR  akan mengeluarkan tegangan yang berubah-ubah, sejalan dengan perubahan intensitas cahaya  dari warna bidang  yang di terima,  pemantulan cahaya yang dipancarkan oleh led super bright, resistansi LDR tinggi pada saat terdeteksi beda warna benda yang ditentukan dimana sinyal ini dapat dijadikan sebagai sinyal masukan”, kata Fajar.

 “Dengan menggunakan pengetahuan dasar tentang PWM mikrokontroler dan sensor cahaya jenis LDR, maka lampu ini dapat menyesuaikan diri tiap kali ada perubahan pada bidang belajar sehingga diharapkan akan menjadikan suasana belajar bagi anak atau orang dewasa sebagai pengguna menjadi lebih nyaman dan menyenangkan”, pungkasnya. (hry)