Alat Bantu Jalan bagi Penyandang Tunanetra

Perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi tidak pernah berhenti mengubah kehidupan manusia. Penemuan peralatan-peralatan baru secara perlahan menghasilkan keanekaragaman fungsi sehingga dapat dikembangkan berdasarkan kepentingan atau kebutuhannya.
Dengan kenyataan tersebut, banyak dikembangkan alat-alat bantu yang berguna untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan khususnya untuk penyandang tuna netra. Berdasarkan  wawancara dengan penyandang tunanetra yang bernama Mujikar yang bertempat tinggal di Pete, Mulyodadi pada tanggal 29 Mei 2009, disimpulkan bahwa penyandang tunanetra pada umumnya kesulitan saat membawa barang bawaan dengan kedua tangannya sekaligus memegang tongkat sebagai alat bantu  jalan. Para penyandang tunanetra juga biasanya kesulitan untuk mengidentifikasi lubang ataupun halangan didepanya saat berjalan. Kemudian, ilmuan Inggris mempunyai ide untuk membuat alat yang systemnya mirip dengan indra kelelawar, yang mengunakan gelombang ultrasonik untuk terbang pada malam hari untuk menghindari benda-benda yang menghalangi jalan kelelawar tersebut. Nama alat ini yaitu UltraCane mempunyai kelebihan memunculkan citra buatan (semu) dalam otak penggunanya tentang gambar tiga dimensi lingkungan sekitranya. Alat  ini berupa tongkat dan harganya sangat mahal sekitar Rp.4.000.000,-
Hal tersebut yang mendasari, Didik Nurwahyudi mahasiswa Teknik Elektronika, dalam pembuatan proyek akhir ‘Alat Bantu Jalan Tunanetra Berbasis Mikrokontroler Attiny 2313 yang jauh lebih ekonomis. Alat yang hanya menghabiskan ongkos produksi sebesar Rp. 400.000,- ini adalah sebagai pendeteksi benda yang menghalangi jalan pengguna, sebagai tanda peringatan berupa buzzer yang mengeluarkan suara “beeb” pada saat ada benda berjarak kurang dan sama dengan 100 cm di depan pengguna.
Berdasarkan percobaan, benda-benda yang dapat memantulkan signal suara dari sensor ultrasonic yaitu semua benda padat atau benda-benda yang terdeteksi oleh sensor, contohnya benda yang terbuat dari kayu, tembok atau batu, termasuk air yang bukan benda padat dapat terdeteksi oleh sensor ultrsonic.
Alat ini cukup sederhana yakni terdiri dari battery dan sensor ultrasonic. Dalam penggunaanya alat ini cukup dipasangkan pada sepatu pengguna (penyandang tuna netra) kemudian setel switch pada posisi ON, dan alat siap di pakai.
Pada pengembangan kedepannya, Didik berencana untuk melakukan beberapa penyempurnaan, antara lain, pembuatan cashing yang tahan air maupun meng-up grade sensorik pada alat ini. (haryo)