AEHES: Inovasi Teknologi Aerator Berbasis Energi Hybrid pada Tambak Udang

Tak hanya untuk bernapas, keberadaan oksigen terlarut dalam air menciptakan lingkungan kolam atau tambak menjadi nyaman bagi udang. Beragam teknik penambahan oksigen dilakukan untuk menjaga kandungan oksigen terlarut dalam air. Hal itu biasanya dilakukan menggunakan alat yang dinamakan aerator dimana alat ini berfungsi untuk menghasilkan aerasi, yaitu penambahan oksigen atau udara ke dalam badan air melalui difusi udara.
Secara prinsip, aerasi membuat luas kontak antara air dan oksigen semakin besar. Untuk kepentingan ini, beragam teknologi telah diterapkan para ahli, mulai dari teknik yang sederhana sampai teknik yang paling canggih. Tambak udang banyak yang berlokasi di daerah pesisir sehingga memiliki sumber daya angin melimpah. Sumber daya angin itu dapat dimanfaatkan sebagai energi terbarukan untuk pengoperasian aerator. 
Melihat potensi ini, dua mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, Indra Dwi Suryanto dan Rizal Justian Setiawan,  mengkreasi AEHES atau Hybrid Energy System Aerator yakni penghasil gelembung oksigen atau alat pembuat aerasi berbasis energi hybrid untuk penghematan energi listrik yang dikeluarkan petani tambak udang.  
Indra menjelaskan bahwa AEHES adalah alat mekanik yang terdiri dari komponen elektronik tersusun dengan turbin angin H-Darrieus untuk menggerakan kipas air yang menghasilkan aerasi. “Prinsip kerja alat ini adalah jika angin berkisar kecepatan 3 -10m/s maka alat akan disuplai dari tenaga angin. Sedangkan jika angin berkisar dibawah 3m/s maka aerator digerakkan tenaga listrik,” terang Indra.
“Sistem tersebut dikendalikan secara otomatis oleh mikrokontroler ATMega pada mesin ini,” lanjutnya.
“Biaya pengoperasian AEHES sangat lah hemat karena hanya menghabiskan Rp 6.500,00/hari. Dengan begitu diharakan dapat menghemat biaya pengoperasian yang mesti dikeluarkan petani udang,” harap Indra.
“Dengan alat ini dalam satu bulan, petani hanya menghabiskan sekitar Rp 135.000,00. Tentu pengeluaran ini jauh lebih hemat dibandingkan penggunaan aerator diesel yakni Rp 3.000.000,00 untuk operasional genset dengan pembelian solar sedangkan penggunaan aerator listrik memerlukan Rp 1.500.000,00 untuk pengoperasian motor dengan pembayaran listrik PLN,” lanjut Indra. 
“Harga dari AEHES tidak jauh berbeda dengan aerator diesel maupun aerator listrik, namun jika digunakan dalam jangka Panjang, AEHES bisa 3 hingga 4 kali lebih murah dibanding aerator diesel maupun listrik. Selain itu, biaya perawatan AEHES juga sangat murah,” beber Indra. 
“Apalagi, saat ini harga BBM dan listrik juga terus meningkat, sehingga penggunaan AEHES dengan menggunakan energi terbarukan yakni angin sangat tepat bagi pembudidaya tambak udang yang hemat dan ramah lingkungan,” tutur Indra. (hryo)