JUARA II LKTI NASIONAL 2018

Selain sukses melaksanakan LKTI Nasional UNY Scientific Fair (UNYSEF), UNY juga berhasil memperoleh hasil yang memuaskan pada ajang ini dengan meraih Juara II. Tim dari UNY berhasil mengungguli finalis-finalis dari perguruan tinggi lain seperti ITB, UGM, Universitas Brawijaya, UNS, Undip dan UM. Juara I LKTIN UNYSEF diraih oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember.Acara ini merupakan serangkaian dari salah satu agenda UNYFEST dalam rangka memperingat Dies Natalis UNY ke-54.

Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional UNYSEF ini diselenggarakan oleh UKM Penelitian UNY di Gedung Digital Library pada tanggal bulan April 2018 lalu.  Lomba ini mengangkat tema “Optimalisasi Peran Pemuda dalam Mengembangkan SDM dan SDA Guna Mewujudkan Indonesia Mandiri”. Final Presentasi LKTIN UNYSEF ini diselenggarakan dengan presentasi hasil karya, para finalis yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia tersebut diwajibkan memamerkan hasil produk pada acara gelar karya.

Kelompok mahasiswa yang meraih prestasi ini terdiri dari Rizal Justian Setiawan (Prodi Pendidikan Teknik Mesin), Mahda Enja Al Hudha (Prodi Pendidikan Teknik Mesin), dan Imam Fauzi (Prodi Pendidikan IPS). Rizal, perwakilan tim, menyampaikan bahwa finalis pada ajang ini karyanya benar-benar luar bisa. “Susah diprediksi siapa yang akan keluar menjadi pemenang dan Alhamdulillah, dengan izin Allah tim UNY berhasil memperoleh posisi kedua,” kenang Rizal. 

Rizal dan timnya  mengangkat karya teknologi tepat guna yakni “Mesin pemanggang ikan berbasis hybrid energy sebagai upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat nelayan di Pantai Trisik, Kulon Progo”. 

Rizal, perwakilan tim menceritakan bahwa latar belakang inovasi ini merujuk hasil survey yang mana saat ini Kulon Progo telah jadi salah satu ikon wisata baru di Yogyakarta dan keberadaan pantai trisik adalah alasannya. “Namun, minimnya pasokan LPG serta harganya yang relative mahal bagi msayarakat sekitar membuat masyarakat pesisir pantai kurang bisa mengembangkan kemampuan di sektor pariwisata khususnya untuk penyediaan kuliner,” ujarnya.

“Selain itu karena ketiadaan LPG, hasil tangkapan ikan para nelayan di pantai trisik selama ini juga langsung dijual tanpa diolah terlebih dahulu sehingga income yang didapat juga tidak maksimal,” cerita Rizal.

“Melihat hal itu kami coba mengembangkan mesin pemanggang ikan tenaga hybrid sehingga wisatawan dapat langsung menikmati hidangan ikan di pantai trisik dengan memanggangnya sendiri,” ujar Rizal.

“Dengan inovasi ini, kami berharap dapat makin meningkatkan potensi wisata di kawasan pantai Trisik,” harap Rizal.