Mahasiwa UNY produksi “Tayang” (Tas Wayang) Ramah Lingkungan

Kebudayaan di Indonesia begitu banyak salah satunya adalah seni wayang. Wayang adalah seni pertunjukan berupa drama yang khas dengan seni suara, seni sastra, seni musik, seni tutur, seni rupa, dan lain-lain. Sejak abad ke-19 sampai sekarang, wayang telah menjadi pokok bahasan serta dideskripsikan oleh para ahli. Dilansir dari web Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan bahwa tahun 2003 wayang telah diakui UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity dan di bulan Maret lalu pertunjukan wayang di negara Indonesia The Revelation of God through the holy spirit: recived by Romo Resi Brotonirmoyo berhasil memikat perhatian empat belas negara sahabat. Hal ini semakin meningkatkan popularitas seni wayang di dunia internasional. 

Namun, bagaimana popularitas wayang di Indonesia sendiri? Hal ini justru bertolak belakang karena di tempat asalnya wayang justru kurang diminati dimana survei di lapangan yang menyebutkan bahwa hanya 5 dari 20 orang mahasiswa yang menyukai dan menonton seni pertunjukan wayang. Survei ini jelas menunjukkan bahwa seni pertunjukan wayang semakin tidak populer digenerasi milenial ini. Berbagai upaya pelestarian budaya wayang sudah dilakukan, baik oleh Pemerintah maupun organisasi-organisasi yang bergerak dibidang kebudayaan. Namun dalam realitanya seni wayang belum banyak diminati masyarakat Indonesia terutama kalangan anak muda.

Berangkat dari kekhawatiran tersebut dan melihat peluang yang ada dibidang industri tas, mahasiswa Universitas Nageri Yogyakarta yang beranggotakan ‘Aisyah Nafila Hafidza ‘Anil Haq, Muhammad Hatta, Miftahul Annisah Nurfitria, Retno Mulyati, dan Burhanis Sulthon dengan dosen pembimbing Dra. Kapti Asiatun, M.Pd membuat sebuah inovasi tas yang uga bertujuan untuk melestarikan kebudayaan khususnya seni wayang. 

Burhanis Sulthon salah satu anggota menjelaskan bahwa Tayang atau Tas Wayang merupakan inovasi tas dari limbah kain perca, pada bagian muka terdapat ikon wayang yang merupakan tokoh dalam Minibook Tayang, salah satu item bagian dari produk Tayang. 

“Dengan Minibook Tayang, konsumen tidak hanya dikenalkan dengan tokoh perwayangan akan tetapi juga dengan kisah riwayat hidup tokoh tersebut,” ujar Burhanis.

“Dalam pembuatannya, Tayang menggunakan teknik manipulation fabric yang dapat menyamarkan kesan bahwa Tayang terbuat dari limbah kain perca dan nilai ramah lingkungannya tidak hanya berasal dari penggunaan limbah kain perca saja, dalam proses pewarnaannya pun menggunakan zat warna alam sehingga limbah dari proses pewarnaannya tidak merusak lingkungan,” terangnya.

“Hal tersebut menjadikan Tayang sebagai produk unik inovatif yang ramah lingkungan dan memiliki nilai jual cukup tinggi,” terang Burhanis.

“Ini diperkuat dengan era globalisasi yang memicu Kebutuhan tas yang terus meningkat memberi peluang bisnis yang besar. Kini, tas telah alah satu aksesoris pelengkap pakaian yang menjadi hal wajib digunakan agar tampil modis dan fashionable, adalah tas,” tutupnya.