PENGUKUHAN GURU BESAR BIDANG ILMU EVALUASI PEMBELAJARAN

Pandemi penyakit virus korona-2019 (covid-19) telah memaksa semua proses pembelajaran dilakukan dalam jaringan (daring). Pembelajaran tatap muka tidak diijinkan lagi karena berpotensi menularkan virus korona. Tanpa ada pandemi covid-19, mungkin masih banyak pembelajaran yang dilakukan dengan tatap muka, meskipun tuntutan pembelajaran di era industri 4.0 sudah berbasis teknologi digital. Sebelum pandemic covid-19, Program studi Pendidikan Teknik Boga hanya memiliki 16 mata kuliah e-learning yang terdaftar aktif di Be-smart dan 10 mata kuliah belum dibuka untuk mahasiswa. Pada masa pandemi covid-19, jumlah mata kuliah yang terdaftar di Be-smart program studi Pendidikan Teknik Boga meningkat pesat menjadi 42 meskipun hanya 24 mata kuliah yang sudah aktif digunakan. Pembelajaran dalam jaringan lebih cocok diterapkan pada mata kuliah teori tetapi kurang cocok diterapkan pada mata kuliah praktik. Program studi Pendidikan Teknik Boga memiliki banyak mata kuliah praktik sehingga terjadi banyak masalah selama penerapan pembelajaran daring. Penyebab masalah pembelajaran daring perlu dikaji dan dievaluasi untuk memperbaiki proses pembelajaran berikutnya. Pembelajaran daring  efektif jika mahasiswa dapat berinteraksi dengan konten, teman dan dosen. Ketersediaan interaksi sosial dapat menghilangkan perasaan terisolasi dalam pembelajaran online. Platform  online tidak pernah dapat menggantikan kehadiran fisik dan interaksi spontan di dalam kelas. Keinginan mahasiswa untuk kuliah tatap muka tetap ada. Demikian dikatakan Prof. Dr. Endang Mulyatiningsih, M.Pd. dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Evaluasi Pembelajaran pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Pidato berjudul “Evaluasi Pembelajaran Dalam Jaringan Pada Masa Pandemi Virus Corona 2019” dibacakan dihadapan rapat terbuka Senat di Auditorium UNY, Sabtu (24/10). Endang Mulyatiningsih adalah guru besar UNY ke-162.

Warga Griya Purwa Asri Kalasan Sleman tersebut mengatakan, Direktorat Pembelajaran Dikti menetapkan empat komponen pembelajaran daring yang perlu dikendalikan mutunya yaitu mutu konten, proses, media dan evaluasi. Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan oleh dosen untuk menjamin mutu pembelajaran daring adalah pembelajaran daring berlandaskan paradigma student centered learning sehingga konten pembelajaran dirancang semenarik mungkin, sistematis, mudah dipahami untuk belajar mandiri, memberi inspirasi kepada mahasiswa untuk aktif, kreatif, dan inovatif. “Selain itu proses pembelajaran harus memberi ruang interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen, dan mahasiswa dengan materi pembelajaran” paparnya. Media penyampaian berbasis teknologi yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran abad 21 dan evaluasi pembelajaran daring dilakukan untuk memantau kemajuan belajar, memberi umpan balik, dan penjaminan mutu alat-alat pengukuran itu sendiri.

Wanita kelahiran Banjarnegara, 11 Januari 1963 tersebut menyampaikan, mutu proses pembelajaran dinilai dari interaksi dosen dengan mahasiswa seperti pesan belajar, tugas, dan umpan balik tugas. Tingkat partisipasi  mahasiswa  dalam  pembelajaran daring masih belum stabil karena beberapa alasan seperti motivasi belajar mahasiswa tidak konsisten dan mudah menyerah pada saat menghadapi kesulitan. Waktu belajar yang tidak dibatasi justru menyebabkan beberapa mahasiswa menunda kegiatan belajar. Selain itu pembelajaran daring masih menghadapi banyak tantangan seperti tingkat penyelesaian tugas yang sangat rendah, mahasiswa mengeluh terisolasi, dan motivasi belajar rendah karena konten pembelajarannya kurang berkualitas. Setelah dilakukan pendalaman  kasus, mahasiswa yang tidak mengerjakan kuis sebelum pandemi covid-19 merasa belum siap belajar mandiri, terlalu banyak tugas, kurang suka membaca sehingga takut mendapat skor rendah. Mahasiswa yang mendapat skor 0 menyatakan sudah membuka kuis tetapi lupa mengerjakannya sampai batas waktu yang disediakan habis. Beberapa mahasiswa yang telah mencoba mengerjakan kuis tetapi mendapat skor rendah ternyata kurang termotivasi untuk mengerjakan kuis berikutnya.

Doktor bidang Penelitian dan Evaluasi Pendidikan UNY tersebut merekomendasikan agar mahasiswa memiliki kesadaran diri untuk belajar serta selalu memupuk semangat agar mencapai hasil belajar maksimal. Pada sisi lain dosen dapat mengembangkan materi yang sederhana dan mudah dipahami, karena materi yang terlalu lengkap dapat menyebabkan kelelahan bagi dosen maupun mahasiswa. Evaluasi pembelajaran sebaiknya dikombinasi dengan tes objektif yang diacak, berkualitas baik sehingga dapat mengukur kemampuan mahasiswa yang sebenarnya. Tugas-tugas individu sebaiknya berbentuk proyek yang menuntut mahasiswa berpikir kreatif. Memberi tugas dengan jawaban yang sama kurang baik karena memicu mahasiswa mencontek pekerjaan temannya. (Dedy)