7 Negara Anggota RCP Bahas Isu Gender di FT UNY

Penyebab dan hambatan isu-isu gender dalam bidang TVET (Technical and Vocational Education Training) adalah stereotip gender yang masih berlaku, seperti yang ditunjukkan pada pembentukan semacam diskriminasi sukarela yang dipraktikkan oleh pria dan wanita. Contoh stereotip tersebut misalnya terdapat pada pemilihan ilmu di mana ilmu sosial umumnya didominasi oleh siswa perempuan sedangkan siswa laki-laki mendominasi bidang ilmu teknik. Atau wanita digambarkan sebagai ibu rumah tangga yang mengasuh dan merawat serta mendukung peran suami sementara pria digambarkan sebagai manusia yang kuat, tegas, cerdas serta pemimpin dalam keluarga dan masyarakat. Pria juga dianggap sebagai pencari nafkah keluarga. Hal itu juga mempengaruhi pilihan wanita dalam memilih karirnya. Karena wanita digambarkan anggun, lembut, dan berhati-hati, mayoritas wanita memilih berkarir sebagai psikolog, perawat, atau guru.

Demikian dikatakan Prof. Dr. Julia Gillen, pemerhati gender dari Jerman pada workshop gender equality for TVET di Ruang Sidang KPLT FT UNY, Rabu, 27 Maret 2013. Menurut Prof. Dr. Julia Gillen, walaupun ada berbagai jurusan teknis pendidikan kejuruan yang tersedia di berbagai lembaga yang terbuka untuk siswa dari kedua jenis kelamin, perempuan biasanya memilih bidang-bidang yang menurut tradisi dianggap merupakan lahan perempuan.
“Umumnya para pria memegang pandangan bahwa jurusan teknis dan kejuruan sesuai dengan esensi mereka dan eksklusif sebagai domain laki-laki,” kata Prof. Dr. Julia Gillen. “Karena keterbatasan fisiknya, wanita dianggap hanya cocok untuk pekerjaan tertentu dan cenderung menghindari pekerjaan teknis berat yang membutuhkan tenaga fisik seperti pertukangan atau yang mengambil tempat di lingkungan tidak menarik, misalnya mekanik kendaraan bermotor atau pengelasan.”
Kegiatan ini selain diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis UNY juga karena UNY merupakan salah satu universitas anggota RCP (Regional Platform Co-operation), di mana isu gender dalam bidang pendidikan telah cukup menyita perhatian di negara-negara Asia. RCP adalah sebuah jejaring kerja dengan keanggotaan yang terkelola dengan tujuan utama untuk melayani universitas-universitas yang terlibat dalam Vocational Teacher Education (VTE)–Pendidikan Guru Vokasi di wilayah Asia. RCP dibentuk pada tahun 2009 dalam rangka menyajikan platform yang menghimpun VTE dan Technical and Vocational Education and Training (TVET) di wilayah tersebut melalui pertukaran pengalaman, pengembangan program, dan melaksakan penelitian bersama.
Rektor UNY, Prof. Dr Rochmat Wahab, M.Pd., MA., dalam sambutannya mengucapkan selamat pada para peserta karena yang diundang dalam workshop ini merupakan orang yang terpilih dari masing-masing negara anggota RCP. “Pertemuan ini berfokus pada isu gender di bidang pendidikan dan teknologi pendidikan,” kata Rektor. “Namun pada kenyataannya, di jurusan seperti otomotif minim wanita, sedangkan di jurusan fashion banyak wanitanya.”
Prof. Dr Rochmat Wahab, M.Pd., MA. juga berharap pada masa depan Jurusan Teknik akan memiliki lebih banyak mahasiswi. Begitu pula Jurusan Fashion juga akan bertambah jumlah mahasiswa prianya. Rektor juga mendukung langkah Dekan FT UNY untuk mengundang Prof. Dr. Julia Gillen guna berbagi tentang cara mengembangkan kinerja serta pendidikan teknik vokasi. Workshop yang berlangsung selama 3 hari ini diikuti oleh peserta dari Thailand, Malaysia, Cambodia, Laos, Vietnam, dan tuan rumah Indonesia. (dedy)