PENGUKUHAN GURU BESAR BIDANG ILMU PEMBELAJARAN VOKASI

Filosofi idealism, realism, esensialisme, eksperimentalis-pragmatisme, progresivisme, teori behaviorisme-kognitivisme-konstruktivisme, teori humanism, efisiensi sosial Prosser, teori spectator, teori OBE, teori tri budaya dan tata nilai budaya Yogyakarta merupakan filosofi dan teori yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan pembelajaran vokasional era transformasi digital untuk sustainable vocational education hamemayu hayuning bawana. Filosofi dan teori tersebut digunakan secara eklektik dalam membangun disain baru pembelajaran vokasional. Pembelajaran vokasional di era transformasi digital dibangun sebagai proses aktualisasi pengembangan kreativitas dan inovasi berkehidupan dan mencari penghidupan berbasis teknologi cyber yang mampu  mandiri membangun kesadaran diri belajar sepanjang hayat sebagai manusia Tri Hita Karana, kreatif-kritis-inovatif, bersahabat dengan perubahan didalam hamemayu hayuning bawana, tata-titi-tentrem-karta raharja. Demikian dikatakan Prof. Dr. Putu Sudira, M.P. dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pembelajaran Vokasi pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Pidato berjudul “Pembelajaran Vokasional di Era Transformasi Digital: Tinjauan Filosofis-Teoretis untuk Hamemayu Hayuning Bawana” dibacakan dihadapan rapat terbuka Senat di Auditorium UNY, Sabtu (24/10). Putu Sudira adalah guru besar UNY ke-161.

Doktor bidang Pendidikan Teknologi dan Kejuruan UNY tersebut mengatakan, pembelajaran vokasional memasuki generasi 5.0 yaitu Pembelajaran Vokasional Generasi Cybergogy. “Cybergogy merupakan paradigma pembelajaran generasi 5;0 dimana setiap orang dapat mentautkan kreativitas dan inovasinya pada teknologi informasi komunikasi terkini yakni IoTs atau teknologi cyber” paparnya. Semua kreativitas dan inovasi yang diperoleh melalui aktivitas pengalaman belajar dapat ditautkan pada IoTs. Dengan cara seperti ini terbangunlah kecerdasan kolektif yaitu kecerdasan komunal yang terwadahi oleh jaringan cyber yang dimiliki secara kolektif dan digunakan secara kolektif untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan dan penghidupan. Kecerdasan semacam ini memiliki daya ungkit yang sangat luar biasa dibandingkan kecerdasan yang bersifat stand alone. Paradigma pembelajaran vokasional berubah dari Low Order Thinking Skills (LOTS) ke High Order Thinking Skills (HOTS), metakognisi, problem solving, analytical thinking menuju inovasi-inovasi produktif.

Warga Kalongan Maguwoharjo Yogyakarta tersebut memaparkan, cybergogy menggunakan web 4.0 yang menyediakan fasilitas communicating, controlling, and computing. Pembelajaran vokasional tidak lagi hanya proses psikologi dan sosiologi yang berlangsung intrapersonal dan interpersonal tetapi sudah memasuki era psycho-socio- technology. Perubahan pola pikir personal terbangun melalui proses psikologi, sosiologi, dan proses teknologi. Cybergogy memfasilitas pembelajaran online dalam jaringan IoTs yang menyediakan fasilitas belajar aktif berperan melibatkan diri dalam interaksi  cyber diseluruh proses pembelajaran. Pembelajaran berlangsung lintas lokasi dan generasi; dan berjalan dengan kecepatan tinggi. Proses Pembelajaran Vokasional membangun tumbuhnya kesadaran diri (self-reliant) sebagai buwana alit yang berkembang dalam lingkungan social, budaya, ekonomi, teknologi, seni, alam sains dan kesemestaan (buwana agung). Secara personal dan sosial pembelajaran vokasional membangun kapabilitas how to life together diantara manusia dengan manusia, manusia dengan mesin-mesin cerdas, manusia dengan lingkungan hidupnya, manusia dengan Tuhan dalam membangun kebahagiaan kesejahteraan bersama, produktivitas dan efisiensi.

Pria kelahiran Nagasepaha Buleleng 2 April 1964 tersebut menyebutkan, paradigma pembelajaran vokasional telah berkembang dalam lima  generasi   Penta-Gogy   yaitu:  Pedagogy, Andragogy, Heutagogy, Peergogy dan Cybergogy. Kelima paradigma pembelajaran ini berkembang sejalan perubahan kebutuhan peserta didik dalam menjalani proses pembelajaran untuk peningkatan kapabilitas diri dan skil kebekerjaan. Rekomendasi pengembangan pembelajaran vokasional untuk karir profesi di era transformasi digital dalam hamemayu hayuning bawana. Pembelajaran vokasional perlu juga untuk mengembangkan dan mengaplikasikan software pembelajaran, menguasai teknologi big-data, Internet of Things, Artificial Intelligence, Augmented Reality, Virtual Reallity, machine learning, robot, embedded systems, serta menguasakan keahlian dalam proses produksi. Selain itu juga perlu memahamkan struktur jaringan kerja, melatih kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi, tanggap terhadap dinamika perubahan, memiliki inisiatif berinovasi, melatih skill complex problem solving, critical thinking, creativity, people management, coordinating with others, emotional-spiritual intelligence, judgment and decision making, service orientation, negotiation, and cognitive flexibility, melatih skil memanfaatkan dan menghargai waktu serta memahamkan nilai-nilai dasar hamemayu hayuning bawana dan Tri Hita Karana. (Dedy)