Kolaborasi Desain Batik dengan Kangan Institute, Australia

Kangan Institute, Australia berkolaborasi dengan Program Studi Pendidikan Teknik Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta dalam pengembangan desain batik serta eksplorasi potensi bisnis batik Indonesia di dunia internasional. Kangan Institute mengirimkan sebelas mahasiswa Textile and Fashion untuk belajar batik mulai dari jenis, corak, sejarah dan hingga proses membatik. Megan Kirkham, senior educator dari Kangan Institute, yang mendampingi para mahasiswa, menuturkan bahwa selama sekitar 2 minggu (17-29/08/2016) pihaknya berharap mahasiswa dari Kangan dapat meningkatkan keterampilan dan menambah pengetahuan tentang teknik desain batik karena saat ini batik kian populer di fashion tingkat dunia.

“Kami ingin belajar tentang kekayaan bahan lokal Indonesia serta berkolaborasi dengan mahasiswa Busana FT UNY guna menghasilkan desain koleksi busana berbahan batik untuk pasar internasional,” ungkap Megan.

“Menggunakan bahan dasar batik dengan sentuhan gaya fashion Australia, saya kira akan menjadi perpaduan yang sangat menarik,” imbuh Megan.

Tidak bisa dipungkiri, sejak diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu, dan Budaya atau UNESCO atau Representative List of Intangible Cultural Heritage-UNESCO pada 2009, batik kian hari makin terkenal dan telah memikat pasar internasional, seperti Australia Belanda, Prancis dan negara – negara lainnya.

Batik yang awalnya lebih populer di Jawa khususnya batik Yogyakarta, Solo dan Pekalongan kini telah berkembang dan menyebar hingga seluruh provinsi di Indonesia. Masing-masing daerah mulai menggali kembali corak spesifik dan unik sesuai dengan budayanya.

Wakil Dekan I FT UNY, Moh. Khoirudin, Ph.D. saat seremoni pembukaan (19/08/2016) mengungkapkan bahwa batik adalah warisan budaya milik Indonesia, sehingga saudara sekalian akan belajar tidak hanya sebatas proses pembuatannya namun juga filosofi yang terkandung didalamnya”, ungkapnya.

“Tentu kolaborasi ini juga menjadi salah satu bentuk pelestarian batik dimana maraknya teknik printing dalam industri tekstil telah mengurangi kaidah- kaidah dalam seni membatik,” beber Wakil Dekan I.
“Kerjasama dengan Kangan Institute sudah terbina cukup lama dan sangat produktif dimana ini kedua kalinya Kangan mengirimkan mahasiswanya kesini sedangkan tahun lalu dosen-dosen kami dari Program Studi Pendidikan Teknik Busana juga mempelajari eco-fashion di Kangan,” tandasnya.

Sementara itu, Dr. Widihastuti, Ketua Program Studi Pendidiakn Teknik Busana, menuturkan bahwa “mereka (mahasiswa Kangan Institute) akan dikenalkan dengan jenis-jenis batik menurut cara pembuatannya seperti tulis, cap, printing dan kombinasi hingga proses membatik,” ungkapnya.

“Kami juga mengajak mereka ke sanggar batik di Yogyakarta, salah satunya Sanggar Batik Astoetik, disana dikenalkan proses membatik menggunakan kompor listrik Astoetik karya alumni Pendidikan Teknik Informatika FT UNY,” jelas Dr. Widihastuti.

“Selain ke sanggar kami juga akan mengajak kunjungan ke Museum batik, sehingga mereka dapat benar-benar menghayati sejarah batik serta rekam jejak langkah proses membatik dan ragam motifnya,” paparnya.

“Kami juga akan mengajak para mahasiswa dari Kangan untuk bergabung dalam Tim Karnaval FT UNY pada gelaran karnaval Pelangi Budaya Bumi Merapi pada 25 September,” ungkapnya