Kolaborasi Tim EngineerTech UNY dan Pertamina Ciptakan Alat Pengering Eceng Gondok bertenaga Hybrid

Tim EngineerTech UNY yang beranggotakan lima mahasiswa berprestasi FT UNY, yakni Khakam Maruf, Yanuar Agung Fadlullah, Sahid Ramandhani, Bagus Putra Setiyawan, dan Rizal Justian Setiawan mendapatkan kesempatan untuk berkolaborasi dan meraih pendanaan riset dari PT. Pertamina Patra Niaga TBBM Cikampek. Adapun program kolaborasi dan pendanaan riset ini berfokus pada manufaktur dan pemanfaatan Alat Pengering Eceng Gondok bertenaga hybrid untuk pemberdayaan masyarakat di area desa Walahar, Kutapohaci, Kec. Klari, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.

Kerajinan tangan atau hasil rajutan dari enceng gondok merupakan salah satu produk penggerak sektor ekonomi yang sangat penting bagi masyarakat lokal di Desa Walahar. Sentra industri kecil dan industri rumahan yang membuat produk dari bahan eceng gondok ditujukan untuk distribusi ke luar daerah dan pasar ekspor. Pengolahan eceng gondok merupakan solusi yang dilakukan oleh masyarakat desa Walahar untuk mengatasi masalah eceng gondok yang tumbuh subur di Bendungan Walahar, pemanfaatan ini berdampak baik dalam mengubah gulma menjadi produk yang bernilai ekonomi. Namun proses produksi bahan baku yang masih dilakukan dengan cara tradisional dengan mengandalkan sinar matahari untuk pengeringan seringkali menimbulkan berbagai masalah seperti waktu pengeringan yang sangat lama yakni sekitar 7 hari, sinar matahari yang minim saat musim hujan, dan masalah ergonomis yang dialami masyarakat saat melakukan aktivitas pengeringan.

Berdasarkan permasalahan ini, PT. Pertamina Patra Niaga TBBM Cikampek melalui program CSR (corporate social responsibility) dan juga selaku Perusahaan BUMN yang memfasilitasi desa binaan di area Walahar, mengundang mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta yang tergabung dalam tim EngineerTech untuk bersama-sama mencari solusi untuk permasalahan masyarakat sekitar desa Walahar.

Tim EngineerTech berpendapat bahwa solusi yang tepat adalah menciptakan alat pengering yang praktis, efisien, dan efektif yang dinamakan Hybrid-Ecodry. “Jika mengacu pada kondisi ini dan penelitian sebelumnya, solusi berbasis teknologi tepat guna adalah ide terbaik, dengan kata lain kami akan melakukan modernisasi pengeringan eceng gondok di desa Walahar dengan menciptakan alat Hybrid-Ecodry yang menggunakan energi surya dan energi listrik dari grid sebagai back up. Ini yang kamu usulkan kepada PT. Pertamina Patra Niaga Cikampek”, tutur Khakam selaku koordinator tim.

Kemudian dengan spesifikasi mesin ½ Hp dengan dilengkapi dengan reducer, Hybrid-Ecodry mampu menghasilkan tenaga hingga 1400 Rpm. Hal ini tentu dapat mengoptimalkan proses pengeringan enceng gondok secara maksimal, selain itu dengan dimensi mesin Hybrid-Ecodry sebesar 60 x 200 cm mampu menampung enceng gondok basah hingga 10 Kilogram pada percobaan awal mesin diterapkan, lalu dengan kapasitas maksimal 25 Kilogram tentu memberikan ruang pengeringan yang besar sehingga efektif diterapkan dalam skala UMKM.

Selain itu, untuk pemanfaatan energi listrik dalam operasional mesin, tim UNY bersama PT. Pertamina Patra Niaga TBBM Cikampek telah berdiskusi untuk mengimplementasikan energi yang berasal dari panel surya agar mesin pengering yang digunakan dapat menunjang Sustainable Development Goal. “Karawang merupakan dataran rendah dan memiliki penerimaan sinar matahari yang cukup, implementasi panel surya sebagai sarana konversi energi mesin pengering dapat digunakan, ini sangat sesuai dengan SDGs 7 terkait affordable and clean energy”, ujar Rizal salah satu anggota EngineerTech.

Untuk menunjang digitalisasi teknologi pada masyarakat desa Walahar, tim EngineerTech mengembangkan system Internet of Things pada alat pengering Hybrid-Ecodry sebagai fitur yang memudahkan masyarakat. “Masyarakat di desa Walahar terutama yang mengurus sentra bisnis eceng gondok kebanyakan menggunakan smartphone Android. Penggunaan monitoring jarak jauh berbasis IoT akan sangat membantu mereka dalam melakukan monitoring alat pengering sehingga tidak perlu bolak-balik untuk melakukan pengecekan”, tegas Khakam.

Sistem monitoring jarak jauh dirancang menggunakan perangkat ESP-32 yang terintegrasi dengan aplikasi blynk yang didalamnya terdapat program aplikasi guna memonitoring suhu mesin secara real time setiap saat, sehingga pengguna akan lebih mudah dalam melakukan pengawasan terhadap proses pengeringan enceng gondok. Selain itu penggunaan sensor DS18B20 yang tahan api memungkinkan pembacaan suhu hingga 125 derajat celcius.

Lebih lanjut, perwakilan dari PT. Pertamina Patra Niaga TBBM Cikampek, yaitu Bapak Taufik Ismail memberikan komentar bahwa program kolaborasi riset ini sangat bagus untuk kemajuan program pengabdian masyarakat yang difasilitasi oleh Pertamina, dimana hasil riset dari mahasiswa dan juga Perusahaan ini dapat menghasilkan suatu karya yang dapat membantu meningkatkan produktivitas UMKM dan kesejahteraan masyarakat.